“Ghiroh Baru
Menuju Masa Depan Cita”
Oleh : Abdussalam
Mahasiswa adalah salah satu kekuatan yang mempelopori perubahan di Negeri
ini. Mahasiswa dan gerakan-gerakan kemahasiswaan telah memberikan peran yang
signifikan dengan memberikan “api-api perjuangan” untuk menyikapi
permasalahan-permasalahan dengan kritis demi menegakkan keadilan dan kebenaran.
Dan inilah bentuk dedikasi seorang mahasiswa kepada Negerinya. Mahasiswa dan
gerakan-gerakan kemahasiswaan telah berhasil menunjukkan eksistensinya di
tengah pergelutan politik yang mengancam nama baik Negeri ini,
problematika-problematika yang mulai merebak di tengah khalayak seolah-olah
menjadi “motivator” sebuah pergerakan, dan bentuk keanarkisan dalam sebuah
pergerakan adalah bentuk kekecewaan terhadap problematika tersebut.
Hari ini kita telah mulai kehilangan Ruh dalam sebuah perjuangan, kita
sudah mulai “melupakan” sejarah yang memicu lahirnya pergerakan ini. Semangat
perjuangan mengalami kemunduran dengan adanya intervensi politik yang masuk
dengan mudah ke dalam ranah implementasi perjuangan tersebut, hal ini
mengindikasikan kalau kita lemah, kita tidak sekuat dulu dan kita tidak sesolid
dulu. Akankah semangat perjuangan, kekuatan dan kesolidan kita hanya akan
menjadi catatan sejarah tanpa adanya regenerasi lebih lanjut ?
Apakah ini akhir dari
metamorfosa HMI ?
Sejarah lahirnya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) bukan berawal dari sebuah
kebetulan, tapi berawal dari sebuah perencanaan, kerisaun dan harapan. Dan kita
sebagai generasi penerus adalah bagian dari sebuah harapan dari para
pendiri/pelopor lahirnya HMI.
HMI bukanlah organisasi baru yang hanya akan menjadi pengekor dari
organisasi-organisasi lain, HMI bukanlah “pembantu” yang harus selalu menurut
apa kata tuannya. Tetapi, Hmi adalah salah satu “nenek moyang” dari
organisasi-organisasi lain, HMI adalah salah satu pelopor dari
organisasi-organisasi lain, HMI punya andil besar dari revolusi yang terjadi di
Negeri ini, HMI punya peran yang signifikan dalam menumbangkan rezim orde lama.
Tetapi, akan timbul pertanyaan dari ini semua “apakah ini hanya akan menjadi
catatan sejarah ?”, kita punya pilihan sebagai generasi penerus “apakah akan
terus menggoreskan sejarah dari setiap perjuangan kita atau sejarah perjuangan
HMI terhenti sampai di sini ?”.
HMI haus akan kader-kader berkualitas, HMI rindu pada suasana
intelektualitas, HMI rindu untuk membina insan akademis pencipta, pengabdi yang
bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur
yang di ridhoi Allah SWT. Ini semua adalah keluh kesah yang seharusnya bisa
kita dengar dan kita perbiki.
HMI punya masa keemasan, HMI punya sejarah yang wajar untuk dibanggakan.
Tapi, sampai kapan kita akan bernostalgia dengan semua sejarah itu, sampai
kapan kita akan beromantika dengan sejarah yang pernah ditoreh oleh para
pendahulu kita ?. Jika para pendahulu mempunyai rentetan sejarah yang
memuaskan, lalu ada apa dengan kader-kader HMI yang sekarang ?
Rentetan pertanyaan tersebut adalah bukti dari merosotnya pergerakan kita,
kita terlalu terbuai pada ranah politk sesaat, kita terlalu terlena pada
persaingan internal dalam pergerakan kita, apakah harus ada perombakan
besar-besaran pada paradigma kita, ? kita harus selalu bangga dengan komunitas
“nama besar” pergerakan HMI. Tapi, jangan sampai kebanggaan kita pada sebuah
komunitas hanya akan meniadakan kualitas pada diri kita sebagai salah satu
calon kader HMI yang berintelektualitas Muslim. Seyogyanya, haruslah ada
keselarasan dari keduanya, kita bangga dengan sebuah komunitas, tapi kita juga
bias bangga dengan kualitas kita. Dan ini adalah pilihan.
Mengenai pilihan, saya teringat sebuah cerita seorang pengemis yang ingin
mengubah nasibnya, pada suatu hari pengemis ini datang kesebuah pasar “expo”,
di pasar tersebut dia bertemu dengan seorang peramal, lalu peramal itu pun
meramal garis tangannya, dan peramal itu pun mengatakan kepada pengemis bahwa
“garis tangan anda sama persis dengan garis tangan Napoleon Bonavarte”, dengan
penuh keraguan akhirnya pengemis tadi pun pergi ke pasar selanjutnya, dan
bertemu kembali dengan seorang peramal, peramal itu pun mulai meramal garis
tangan pengemis tadi, peramal pun berkata hal yang sama seperti peramal yang
pertama yaitu “garis tangan anda sama persis seperti garis tangan Napoleon
Bonaparte”, namun seorang pengemis tadi masih meragukan apa yang dikatakan oleh
dua orang peramal tadi, akhirnya dia pun berkunjung ke tempat peramal yang
ketiga namun jawaban yang sama lagi yang dia dapatkan, dengan sebuah keyakinan
dia pun mengubah penampilannya yang semula urak-urakan menjadi rapi dan bersih,
dan sejarah mencatat seorang pengemis tadi pernah menjadi orang terkaya di
Perancis.
Dari cerita di atas kita semua bisa mengembil sebuah pelajaran bahwa hidup
ini pilihan, kita semua mempunyai kesempatan untuk itu semua, kita yang
menentukan akhir dari perjalanan hidup kita. Apa yang akan kita pilih dan kita
raih semuanya menjadi sebuah pilihan.
Begitu juga dengan HMI, kita sebagai kader-kader HMI punya pilihan, apakah
akan terus mempertahankan HMI sebagai organisasi yang solid, kuat dan tetap
bertahan dikuatnya arus politik sepeti sekarang ini atau HMI hanya akan menjadi
sebuah dongeng masa lalu.
Realita inilah yang sekarang kita alami, kita mengalami fase transisi yang
sangat kuat, kita terperangkap ke dalam sejarah manis dari itu semua. HMI
adalah sebuah pergerakan yang berbasis Islam dan sudah sayogyanya lah kita
harus melepaskan persaingan-persaingan poitik
yang justru semakin melemahkan pergerakan kita, kita hampir mendekati
arus gelombang perpecahan, kita terjerumus pada lembah suram di antara tebaran
bunga, tempat yang seharusnya nyaman, indah dan bersih dari arus persaingan
kini berupah menjadi sebuah jurang perpecahan, harmonisasi dari tiap anggota
maupun kader itulah yang harus kita jaga demi terwujudnya suatu persatuan yang
kuat di antara kita, kita adalah keluarga besar yang bernaung pada satu wadah
yang sama dan mempunyai visi dan misi yang sama, kita satu langkah dan satu
tujuan meskipun terkadang kita harus singgah pada lingkungan yang berbeda, tapi
selama harmonisasi masih terjalin dengan baik maka selama itu pula kita akan
tetap bertahan di tengah intervensi-intervensi politik yang menjadi sebuah
doktrin negative bagi pergerakan kita.
Dan bertepatan dengan milad HMI yang ke 64 mari kita jalin harmonisasi yang
baik di antara kita, kita jalin silaturrahim yang akan semakin meperkuat rasa
persaudaraan kita, kita adalah generasi masa depan yang akan bertanggung jawab
atas masa depan HMI, kita punya beban yang sama dan keinginan yang sama, mari
kita rapatkan barisan dan satukan tekad demi sebuah perubahan yang akan
membangun semangat baru HMI.
Dengan demikian apabila ini terwujud maka HMI akan selalu ada dan tidak
akan pernah menjadi cerita masa lalu yang hanya akan menadi hiasan dinding dari
perjalanan negeri ini, HMI akan selalu jaya dan selalu terdepan dalam segala
bidang baik itu internal maupun eksternal, HMI akan selalu barada pada barisan
pertama dari setiap pergerakan, HMI akan selalu menjadi pelopor untuk sebuah
perjuangan, semangat teman-teman mari kkita raih masa depan cerah dengan sebuah
pilihan.
Yakinkan dengan iman, Usahakan dengan ilmu, Sampaikan dengan amal. Pantang
menolak tugas, pantang tugas tak selesai, yakin usaha sampai. YAKUSA.
Dan kami dari HMI komisariat syari’ah mangucapkan selamat atas telah
dilantiknya pengurus HMI cabang samarinda periode 2010/2011, semoga Allah
meridhoi kanda dan yunda semua. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar