Minggu, 25 September 2011

Ghiroh Baru Menuju Masa Depan Cita

“Ghiroh Baru Menuju Masa Depan Cita”
Oleh : Abdussalam

Mahasiswa adalah salah satu kekuatan yang mempelopori perubahan di Negeri ini. Mahasiswa dan gerakan-gerakan kemahasiswaan telah memberikan peran yang signifikan dengan memberikan “api-api perjuangan” untuk menyikapi permasalahan-permasalahan dengan kritis demi menegakkan keadilan dan kebenaran. Dan inilah bentuk dedikasi seorang mahasiswa kepada Negerinya. Mahasiswa dan gerakan-gerakan kemahasiswaan telah berhasil menunjukkan eksistensinya di tengah pergelutan politik yang mengancam nama baik Negeri ini, problematika-problematika yang mulai merebak di tengah khalayak seolah-olah menjadi “motivator” sebuah pergerakan, dan bentuk keanarkisan dalam sebuah pergerakan adalah bentuk kekecewaan terhadap problematika tersebut.
Hari ini kita telah mulai kehilangan Ruh dalam sebuah perjuangan, kita sudah mulai “melupakan” sejarah yang memicu lahirnya pergerakan ini. Semangat perjuangan mengalami kemunduran dengan adanya intervensi politik yang masuk dengan mudah ke dalam ranah implementasi perjuangan tersebut, hal ini mengindikasikan kalau kita lemah, kita tidak sekuat dulu dan kita tidak sesolid dulu. Akankah semangat perjuangan, kekuatan dan kesolidan kita hanya akan menjadi catatan sejarah tanpa adanya regenerasi lebih lanjut ?
Apakah ini akhir dari metamorfosa HMI ?
Sejarah lahirnya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) bukan berawal dari sebuah kebetulan, tapi berawal dari sebuah perencanaan, kerisaun dan harapan. Dan kita sebagai generasi penerus adalah bagian dari sebuah harapan dari para pendiri/pelopor lahirnya HMI.
HMI bukanlah organisasi baru yang hanya akan menjadi pengekor dari organisasi-organisasi lain, HMI bukanlah “pembantu” yang harus selalu menurut apa kata tuannya. Tetapi, Hmi adalah salah satu “nenek moyang” dari organisasi-organisasi lain, HMI adalah salah satu pelopor dari organisasi-organisasi lain, HMI punya andil besar dari revolusi yang terjadi di Negeri ini, HMI punya peran yang signifikan dalam menumbangkan rezim orde lama. Tetapi, akan timbul pertanyaan dari ini semua “apakah ini hanya akan menjadi catatan sejarah ?”, kita punya pilihan sebagai generasi penerus “apakah akan terus menggoreskan sejarah dari setiap perjuangan kita atau sejarah perjuangan HMI terhenti sampai di sini ?”.
HMI haus akan kader-kader berkualitas, HMI rindu pada suasana intelektualitas, HMI rindu untuk membina insan akademis pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang di ridhoi Allah SWT. Ini semua adalah keluh kesah yang seharusnya bisa kita dengar dan kita perbiki.
HMI punya masa keemasan, HMI punya sejarah yang wajar untuk dibanggakan. Tapi, sampai kapan kita akan bernostalgia dengan semua sejarah itu, sampai kapan kita akan beromantika dengan sejarah yang pernah ditoreh oleh para pendahulu kita ?. Jika para pendahulu mempunyai rentetan sejarah yang memuaskan, lalu ada apa dengan kader-kader HMI yang sekarang ?
Rentetan pertanyaan tersebut adalah bukti dari merosotnya pergerakan kita, kita terlalu terbuai pada ranah politk sesaat, kita terlalu terlena pada persaingan internal dalam pergerakan kita, apakah harus ada perombakan besar-besaran pada paradigma kita, ? kita harus selalu bangga dengan komunitas “nama besar” pergerakan HMI. Tapi, jangan sampai kebanggaan kita pada sebuah komunitas hanya akan meniadakan kualitas pada diri kita sebagai salah satu calon kader HMI yang berintelektualitas Muslim. Seyogyanya, haruslah ada keselarasan dari keduanya, kita bangga dengan sebuah komunitas, tapi kita juga bias bangga dengan kualitas kita. Dan ini adalah pilihan.
Mengenai pilihan, saya teringat sebuah cerita seorang pengemis yang ingin mengubah nasibnya, pada suatu hari pengemis ini datang kesebuah pasar “expo”, di pasar tersebut dia bertemu dengan seorang peramal, lalu peramal itu pun meramal garis tangannya, dan peramal itu pun mengatakan kepada pengemis bahwa “garis tangan anda sama persis dengan garis tangan Napoleon Bonavarte”, dengan penuh keraguan akhirnya pengemis tadi pun pergi ke pasar selanjutnya, dan bertemu kembali dengan seorang peramal, peramal itu pun mulai meramal garis tangan pengemis tadi, peramal pun berkata hal yang sama seperti peramal yang pertama yaitu “garis tangan anda sama persis seperti garis tangan Napoleon Bonaparte”, namun seorang pengemis tadi masih meragukan apa yang dikatakan oleh dua orang peramal tadi, akhirnya dia pun berkunjung ke tempat peramal yang ketiga namun jawaban yang sama lagi yang dia dapatkan, dengan sebuah keyakinan dia pun mengubah penampilannya yang semula urak-urakan menjadi rapi dan bersih, dan sejarah mencatat seorang pengemis tadi pernah menjadi orang terkaya di Perancis.
Dari cerita di atas kita semua bisa mengembil sebuah pelajaran bahwa hidup ini pilihan, kita semua mempunyai kesempatan untuk itu semua, kita yang menentukan akhir dari perjalanan hidup kita. Apa yang akan kita pilih dan kita raih semuanya menjadi sebuah pilihan.
Begitu juga dengan HMI, kita sebagai kader-kader HMI punya pilihan, apakah akan terus mempertahankan HMI sebagai organisasi yang solid, kuat dan tetap bertahan dikuatnya arus politik sepeti sekarang ini atau HMI hanya akan menjadi sebuah dongeng masa lalu.
Realita inilah yang sekarang kita alami, kita mengalami fase transisi yang sangat kuat, kita terperangkap ke dalam sejarah manis dari itu semua. HMI adalah sebuah pergerakan yang berbasis Islam dan sudah sayogyanya lah kita harus melepaskan persaingan-persaingan poitik  yang justru semakin melemahkan pergerakan kita, kita hampir mendekati arus gelombang perpecahan, kita terjerumus pada lembah suram di antara tebaran bunga, tempat yang seharusnya nyaman, indah dan bersih dari arus persaingan kini berupah menjadi sebuah jurang perpecahan, harmonisasi dari tiap anggota maupun kader itulah yang harus kita jaga demi terwujudnya suatu persatuan yang kuat di antara kita, kita adalah keluarga besar yang bernaung pada satu wadah yang sama dan mempunyai visi dan misi yang sama, kita satu langkah dan satu tujuan meskipun terkadang kita harus singgah pada lingkungan yang berbeda, tapi selama harmonisasi masih terjalin dengan baik maka selama itu pula kita akan tetap bertahan di tengah intervensi-intervensi politik yang menjadi sebuah doktrin negative bagi pergerakan kita.
Dan bertepatan dengan milad HMI yang ke 64 mari kita jalin harmonisasi yang baik di antara kita, kita jalin silaturrahim yang akan semakin meperkuat rasa persaudaraan kita, kita adalah generasi masa depan yang akan bertanggung jawab atas masa depan HMI, kita punya beban yang sama dan keinginan yang sama, mari kita rapatkan barisan dan satukan tekad demi sebuah perubahan yang akan membangun semangat baru HMI.
Dengan demikian apabila ini terwujud maka HMI akan selalu ada dan tidak akan pernah menjadi cerita masa lalu yang hanya akan menadi hiasan dinding dari perjalanan negeri ini, HMI akan selalu jaya dan selalu terdepan dalam segala bidang baik itu internal maupun eksternal, HMI akan selalu barada pada barisan pertama dari setiap pergerakan, HMI akan selalu menjadi pelopor untuk sebuah perjuangan, semangat teman-teman mari kkita raih masa depan cerah dengan sebuah pilihan.
Yakinkan dengan iman, Usahakan dengan ilmu, Sampaikan dengan amal. Pantang menolak tugas, pantang tugas tak selesai, yakin usaha sampai. YAKUSA.
Dan kami dari HMI komisariat syari’ah mangucapkan selamat atas telah dilantiknya pengurus HMI cabang samarinda periode 2010/2011, semoga Allah meridhoi kanda dan yunda semua. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar