Gerakan Dan Perjuangan HMI (Harapan
Masyarakat Indonesia)
Oleh : M. Harun Rasid (Kabid PTKP 2010-2011)
Masih patut di acungi jempol perjuangan HMI
hingga saat ini dalam mengisi kemerdaan terukir dalam sejarah HMI, bahkan
sejarah perjuangan dalam merebut kemerdekaan Indonesia. HMI memiliki andil yang
sangat besar dan patut diberikan penghargaan. Layaknya pejuang merah putih,
sekaligus sebagai generasi umat dan bangsa tanah air, HMI tidak lelahnya terus
dan terus membantu pemerintah dalam penyediaan SDM yang siap pakai. Dan dalam
sambutan Bang Imam Ari Wibowo, S.E dari PMD KAHMI Samarinda dalam agenda
pelantikan Pengurus HMI cabang Samarinda pada kamis malam (malam jum’at) 17/2
di Auditoriom MAN 2, beliau mengatakan “ Kader HMI adalah Generasi Umat dan
Bangsa Siap Pakai, Dan Gratis. HMI mantap.“ Gratis disini penulis mencoba
menafsirkan bahwa kader HMI dalam pendidikan perkaderan didalam HMI murni
sebuah usaha untuk menjadi cendikiawan Muslim dan Cendikiawan Bangsa yang siap
mengabdi kepada Negara sesuai dengan hak dan kewajibannya, bukan sebagai
organisasi yang dimanfaatkan untuk memperkaya diri dalam hal materiil.
Indonesia juga dalam era demokrasi sekarang
ini banyak dirunut masalah yang begitu peliknya hingga berbagai ancaman
ormas-ormas yang tidak setuju dengan pemerintahan terkait dalam menjalankan
visi dan misi, bahkan ada sekali-kali ancaman tersebut berlontar Presiden
mengundurkan diri dari jabatan, karena tidak mampu memberikan hak-hak yang
diinginkan masyarakatnya. Disinilah sebagai warga Negara, kader HMI patut
berintrospeksi diri tidak hanya ikut mengecam pemerintah, tapi HMI harus sadar
akan tugasnya (pasal 4 AD HMI) dan berupaya lagi dalam internal HMI sendiri
harusnya tidak adanya permusuhan dan perpecahan, karena Anggota HMI adalah
Mahasiswa Islam yang duduk di perguruan tinggi islam dan negeri yang dibina
didalam perkaderan HMI maupun perguruan tingginya, pastinya tidak mengandalkan
otot dalam berdebat melainkan otak dan tidak mengedepankan ego dan
kepentingan-kepentingan sendiri dalam bertindak, namun lebih dalam usaha
mencapai tujuan bersama. Dalam paragraph kedua ini ada pertanyaan dari penulis
yang mendasar, Kapan kader HMI duduk dalam kursi presiden RI? Apalagi untuk
tujuan tersebut HMI malah bentrok dalam internal sendiri, bukan hal yang tidak mungkin
bahkan suatu saat yang akan datang HMI bakal hancur dan musnah. Inikan yang
tidak kita inginkan. Semua anggota HMI bahkan Alumni atau pengagum organisasi
HMI sepakat tidak ingin adanya pecah belah dalam internal HMI.
Ideologi lagi sering menjadi permasalahan
dalam internal HMI. Dalam buku Menuju Masyarakat Madani karangan Prof. DR. Azyumardi Azra, M.A “ HMI
tidak jelas ieologinya islam dan tidak mengambil salah satu madzhab dalam fikih
islam”. Mungkin ini kritik yang cukup pedas dilontarkan oleh orang yang kenal
HMI dan bahkan kenal asas HMI islam, namun perkataan dalam bukunya Islam yang
kurang mumpuni dari segi pemahaman karena tidak menjurus pada salah satu
madzhab fikih. Namun, HMI jangan beradu argument lagi untuk masalah tersebut.
HMI harus tetap berpegangan tangan. Yang menjadi sorotan kita sekarang adalah
Islam HMI apakah sudah sesuai dengan Al-Qur’an Dan Al-Hadist?. Jika sudah
sesuai maka insya allah Semua Anggota HMI akan selamat didunia dan akhirat dan
pejuangan HMI memperoleh Ridho Allah SWT. Berdasarkan Lagu Hymne HMI pada bait
ke-1 “Bersyukur Dan Ikhlas, Himpuan Mahasiswa Islam” dan Lanjutan pada Bait
ke-9 “ Turut Qur’an Dan Hadist, Jalan Keselamatan”. Bukan semata-mata sebagai
Hymne, namun lebih dari itu sebagai landasan perjuangan dan Agama.
Setiap kader mestilah mempunyai usaha dalam
membangun diri pribadinya, inilah yang tercermin oleh seorang kader HMI yang
bisa rela dalam menjalankan tugasnya. Dalam hal ini juga masih disorot beberapa
pertanyaan dan experiment, Baru saja kemarin ada sebuah kalimat yang
menyebutkan dalam rangka MILAD HMI ke-64 di SMD “Sepirit Islam, HMI mengabdi
dengan kesederhanaan”. Patut menjadi contoh bagi kita beberapa orang yang kagum
dengan sebuah kalimat tersebut, bahkan menjadi patokan dalam kinerja pribadinya
dalam perkaderan HMI. Inilah siapa sangka bahwa islam sendiri mengajarkan
kesederhanaan dalam hidup ini, kenapa HMI juga tidak demikian antusiasnya. Nabi
Muhammad S.A.W pada sebuah riwayat, beliau setiap pagi selalu membawa makanan
yang dibuatkan oleh istrinya untuk diberikan kepada seorang yang buta. Bahkan
pada kesempatan tersebut Beliau Rasulullah Muhammad S.A.W rela menyuapi orang
buta tersebut, dan lebih anehnya lagi beliau tau padahal orang yang buta itu
sedang mencerca rasulullah dengan mengatakan “jangan percaya kepada Muhammad,
Muhammad seorang penipu”. Tapi, orang buta tersebut tidak mengetahui yang
menyuapi dan memberi makan beliau adalah Nabi Muhammad S.A.W. Sungguh dalam
diri rasulullah terdapat suri tauladan yang baik. Hingga pada akhirnya orang
buta tersebut tidak lagi merasa diberi makan lagi oleh orang yang menyuapinya
setiap pagi, karena nabi Muhammad wafat. Ketika si buta tadi mendengar bahwa
yang selalu menyuapinya tadi adalah nabi Muhammad, beliau langsung beristighfar
dan segera masuk islam. Siapa yang bisa meniru sifat rasulullah ini, selalu
berbuat baik kepada orang yang walaupun orang tersebut benci dengan kita, dan
kemenangan besar datang kepada beliau. Selain itu, beliau dalam daftar pemimpin
dunia dalam sejarah, menempati peringkat ke-1. Seluruh dunia sudah mengakuinya
bahkan tidak hanya sebagai symbol, dalam firman Allah dalam Al-Qur’an Surah
Al-Ahzab ayat 21 “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah
itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah
dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.
Ghiroh baru bukan berarti
bahwa meninggalkan sebuah wahyu yang diturunkan lama sebelum kita ada atau
hadir dibumi ini. Wahyu adalah Kalam Allah, dan perkataan Allah. Siapapun tidak
ada yang sanggup menandingi Al-qur’an baik dari segi isi ataupun bacaannya.
Oleh karena itu, Al-qur’an bagi para ulama adalah Pedoman Agama yang lebih muda
dari Al-kitab yang diturunkan sebelumnya dan selalu menjadi semangat baru dari
segi isinya dan bacaannya. Sebab itulah, sebagai pedoman pokok dalam ghiroh
baru dalam perjuangan HMI yang pertama adalah berpedoman pada Al-qur’an.
Seorang Kader HMI juga patut mengkoreksi diri, apakah sudah selama ini
perbuatan dan tindakannya sudah sesuai dengan Al-qur’an Atau kalam Allah. Akan
tetapi tidak lengkap jika kita hanya bicarakan Al-Qur’an. Sebagai Sebuah
konstitusi yang lengkap untuk pedoman ajaran islam, Al-Hadist juga tidak bisa
kita tinggalkan. Maka Al-qur’an dan Al-hadist adalah sebuah kesimpulan patokan
kita dalam melandasi seorang kader HMI untuk berbuat, bertindak, dan mengabdi.
Selanjutnya, Semakin
banyak kader HMI berkaca diri, semakin cepat tujuan HMI pasal 4 AD HMI itu
terwujud. Mengapa penulis katakan demikian, karena tujuan HMI tidak jauh-jauh
dari ajaran-ajaran islam serta memperoleh ridho Allah S.A.W. Siapa yang tidak
tahu bahwa ajaran islam itu mengharuskan umat manusia untuk saling hidup
berdamai dan madani, dan siapa yang tidak tahu islam mengajarkan kepada manusia
untuk menuntuk ilmu akademis (Insan Akademis), selanjutnya mengamalkan ilmu
tersebut dengan cara membuat inovasi atau memunculkan ide-ide kreatif (Insan
Pencipta), serta menyampaikan ilmu tersebut kepada sesama dan mengabdi kepada
Bangsa Negara (Insan Pengabdi). Jika hal tersebut terpenuhi maka, akan mencapai
umat manusia yang selalu bernafaskan islam dalam kepribadian hidupnya (Insan yang
Bernafaskan Islam), dan bukan hal yang tidak mungkin menjadi manusia yang
selalu bertanggung jawab baik kepada sesama, ataupun kepada bangsa dan Negara
tanpa ada paksasan (Insan yang Bertanggungjawab). Maka insya Allah kader HMI
memperoleh Ridho Allah Subhanahu Wata’ala. Amin ya rabbal alamin.
Reference
:
ü Pedoman Basic Training
ü AD / ART HMI
ü
HMI Candradimuka
Mahasiswa, Pengarang : Solichin
ü
Menuju Masyarakat Madani,
Pengarang : Prof. DR. Azyumardi Azra, M.A
Tidak ada komentar:
Posting Komentar