Minggu, 25 September 2011

Gerakan Dan Perjuangan HMI


Gerakan Dan Perjuangan HMI (Harapan Masyarakat Indonesia)
Oleh : M. Harun Rasid (Kabid PTKP 2010-2011)

Masih patut di acungi jempol perjuangan HMI hingga saat ini dalam mengisi kemerdaan terukir dalam sejarah HMI, bahkan sejarah perjuangan dalam merebut kemerdekaan Indonesia. HMI memiliki andil yang sangat besar dan patut diberikan penghargaan. Layaknya pejuang merah putih, sekaligus sebagai generasi umat dan bangsa tanah air, HMI tidak lelahnya terus dan terus membantu pemerintah dalam penyediaan SDM yang siap pakai. Dan dalam sambutan Bang Imam Ari Wibowo, S.E dari PMD KAHMI Samarinda dalam agenda pelantikan Pengurus HMI cabang Samarinda pada kamis malam (malam jum’at) 17/2 di Auditoriom MAN 2, beliau mengatakan “ Kader HMI adalah Generasi Umat dan Bangsa Siap Pakai, Dan Gratis. HMI mantap.“ Gratis disini penulis mencoba menafsirkan bahwa kader HMI dalam pendidikan perkaderan didalam HMI murni sebuah usaha untuk menjadi cendikiawan Muslim dan Cendikiawan Bangsa yang siap mengabdi kepada Negara sesuai dengan hak dan kewajibannya, bukan sebagai organisasi yang dimanfaatkan untuk memperkaya diri dalam hal materiil.
Indonesia juga dalam era demokrasi sekarang ini banyak dirunut masalah yang begitu peliknya hingga berbagai ancaman ormas-ormas yang tidak setuju dengan pemerintahan terkait dalam menjalankan visi dan misi, bahkan ada sekali-kali ancaman tersebut berlontar Presiden mengundurkan diri dari jabatan, karena tidak mampu memberikan hak-hak yang diinginkan masyarakatnya. Disinilah sebagai warga Negara, kader HMI patut berintrospeksi diri tidak hanya ikut mengecam pemerintah, tapi HMI harus sadar akan tugasnya (pasal 4 AD HMI) dan berupaya lagi dalam internal HMI sendiri harusnya tidak adanya permusuhan dan perpecahan, karena Anggota HMI adalah Mahasiswa Islam yang duduk di perguruan tinggi islam dan negeri yang dibina didalam perkaderan HMI maupun perguruan tingginya, pastinya tidak mengandalkan otot dalam berdebat melainkan otak dan tidak mengedepankan ego dan kepentingan-kepentingan sendiri dalam bertindak, namun lebih dalam usaha mencapai tujuan bersama. Dalam paragraph kedua ini ada pertanyaan dari penulis yang mendasar, Kapan kader HMI duduk dalam kursi presiden RI? Apalagi untuk tujuan tersebut HMI malah bentrok dalam internal sendiri, bukan hal yang tidak mungkin bahkan suatu saat yang akan datang HMI bakal hancur dan musnah. Inikan yang tidak kita inginkan. Semua anggota HMI bahkan Alumni atau pengagum organisasi HMI sepakat tidak ingin adanya pecah belah dalam internal HMI.
Ideologi lagi sering menjadi permasalahan dalam internal HMI. Dalam buku Menuju Masyarakat Madani  karangan Prof. DR. Azyumardi Azra, M.A “ HMI tidak jelas ieologinya islam dan tidak mengambil salah satu madzhab dalam fikih islam”. Mungkin ini kritik yang cukup pedas dilontarkan oleh orang yang kenal HMI dan bahkan kenal asas HMI islam, namun perkataan dalam bukunya Islam yang kurang mumpuni dari segi pemahaman karena tidak menjurus pada salah satu madzhab fikih. Namun, HMI jangan beradu argument lagi untuk masalah tersebut. HMI harus tetap berpegangan tangan. Yang menjadi sorotan kita sekarang adalah Islam HMI apakah sudah sesuai dengan Al-Qur’an Dan Al-Hadist?. Jika sudah sesuai maka insya allah Semua Anggota HMI akan selamat didunia dan akhirat dan pejuangan HMI memperoleh Ridho Allah SWT. Berdasarkan Lagu Hymne HMI pada bait ke-1 “Bersyukur Dan Ikhlas, Himpuan Mahasiswa Islam” dan Lanjutan pada Bait ke-9 “ Turut Qur’an Dan Hadist, Jalan Keselamatan”. Bukan semata-mata sebagai Hymne, namun lebih dari itu sebagai landasan perjuangan dan Agama.
Setiap kader mestilah mempunyai usaha dalam membangun diri pribadinya, inilah yang tercermin oleh seorang kader HMI yang bisa rela dalam menjalankan tugasnya. Dalam hal ini juga masih disorot beberapa pertanyaan dan experiment, Baru saja kemarin ada sebuah kalimat yang menyebutkan dalam rangka MILAD HMI ke-64 di SMD “Sepirit Islam, HMI mengabdi dengan kesederhanaan”. Patut menjadi contoh bagi kita beberapa orang yang kagum dengan sebuah kalimat tersebut, bahkan menjadi patokan dalam kinerja pribadinya dalam perkaderan HMI. Inilah siapa sangka bahwa islam sendiri mengajarkan kesederhanaan dalam hidup ini, kenapa HMI juga tidak demikian antusiasnya. Nabi Muhammad S.A.W pada sebuah riwayat, beliau setiap pagi selalu membawa makanan yang dibuatkan oleh istrinya untuk diberikan kepada seorang yang buta. Bahkan pada kesempatan tersebut Beliau Rasulullah Muhammad S.A.W rela menyuapi orang buta tersebut, dan lebih anehnya lagi beliau tau padahal orang yang buta itu sedang mencerca rasulullah dengan mengatakan “jangan percaya kepada Muhammad, Muhammad seorang penipu”. Tapi, orang buta tersebut tidak mengetahui yang menyuapi dan memberi makan beliau adalah Nabi Muhammad S.A.W. Sungguh dalam diri rasulullah terdapat suri tauladan yang baik. Hingga pada akhirnya orang buta tersebut tidak lagi merasa diberi makan lagi oleh orang yang menyuapinya setiap pagi, karena nabi Muhammad wafat. Ketika si buta tadi mendengar bahwa yang selalu menyuapinya tadi adalah nabi Muhammad, beliau langsung beristighfar dan segera masuk islam. Siapa yang bisa meniru sifat rasulullah ini, selalu berbuat baik kepada orang yang walaupun orang tersebut benci dengan kita, dan kemenangan besar datang kepada beliau. Selain itu, beliau dalam daftar pemimpin dunia dalam sejarah, menempati peringkat ke-1. Seluruh dunia sudah mengakuinya bahkan tidak hanya sebagai symbol, dalam firman Allah dalam Al-Qur’an Surah Al-Ahzab ayat 21 “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.
Ghiroh baru bukan berarti bahwa meninggalkan sebuah wahyu yang diturunkan lama sebelum kita ada atau hadir dibumi ini. Wahyu adalah Kalam Allah, dan perkataan Allah. Siapapun tidak ada yang sanggup menandingi Al-qur’an baik dari segi isi ataupun bacaannya. Oleh karena itu, Al-qur’an bagi para ulama adalah Pedoman Agama yang lebih muda dari Al-kitab yang diturunkan sebelumnya dan selalu menjadi semangat baru dari segi isinya dan bacaannya. Sebab itulah, sebagai pedoman pokok dalam ghiroh baru dalam perjuangan HMI yang pertama adalah berpedoman pada Al-qur’an. Seorang Kader HMI juga patut mengkoreksi diri, apakah sudah selama ini perbuatan dan tindakannya sudah sesuai dengan Al-qur’an Atau kalam Allah. Akan tetapi tidak lengkap jika kita hanya bicarakan Al-Qur’an. Sebagai Sebuah konstitusi yang lengkap untuk pedoman ajaran islam, Al-Hadist juga tidak bisa kita tinggalkan. Maka Al-qur’an dan Al-hadist adalah sebuah kesimpulan patokan kita dalam melandasi seorang kader HMI untuk berbuat, bertindak, dan mengabdi.
Selanjutnya, Semakin banyak kader HMI berkaca diri, semakin cepat tujuan HMI pasal 4 AD HMI itu terwujud. Mengapa penulis katakan demikian, karena tujuan HMI tidak jauh-jauh dari ajaran-ajaran islam serta memperoleh ridho Allah S.A.W. Siapa yang tidak tahu bahwa ajaran islam itu mengharuskan umat manusia untuk saling hidup berdamai dan madani, dan siapa yang tidak tahu islam mengajarkan kepada manusia untuk menuntuk ilmu akademis (Insan Akademis), selanjutnya mengamalkan ilmu tersebut dengan cara membuat inovasi atau memunculkan ide-ide kreatif (Insan Pencipta), serta menyampaikan ilmu tersebut kepada sesama dan mengabdi kepada Bangsa Negara (Insan Pengabdi). Jika hal tersebut terpenuhi maka, akan mencapai umat manusia yang selalu bernafaskan islam dalam kepribadian hidupnya (Insan yang Bernafaskan Islam), dan bukan hal yang tidak mungkin menjadi manusia yang selalu bertanggung jawab baik kepada sesama, ataupun kepada bangsa dan Negara tanpa ada paksasan (Insan yang Bertanggungjawab). Maka insya Allah kader HMI memperoleh Ridho Allah Subhanahu Wata’ala. Amin ya rabbal alamin.
Reference :
ü  Pedoman Basic Training
ü  AD / ART HMI
ü  HMI Candradimuka Mahasiswa, Pengarang : Solichin
ü  Menuju Masyarakat Madani, Pengarang : Prof. DR. Azyumardi Azra, M.A

Tidak ada komentar:

Posting Komentar